Saya tahu ini sudah bulan Februari. Sudah tidak musim menuliskan resolusi; bulan Februari adalah waktunya kita mulai merasa gagal dalam menjalankan resolusi masing-masing. Hahaha! Sinis amat bunyinya, tapi memang kenyataannya, kebanyakan menyatakan bahwa kebanyakan resolusi runtuh mencapai 81-92 persen.

Well, are you one of them? Semoga saja enggak. Soalnya saya termasuk yang begitu.

Iya, biarpun pada dasarnya saya nggak merayakan tahun baru, juga bukan fans membuat resolusi tahunan (in fact, saya berulang membuat komitmen pada diri sendiri beberapa kali setahun), tetap saja saya juga suka gatel membuat di akhir tahun. Saya membuat daftar panjang apa-apa yang harus saya perbaiki. Tapi seperti biasa, saya juga akan gagal. Tepatnya sering lupa karena ada begitu banyak yang saya lakukan. Karena itu, saya mencoba metode angka tiga tahun ini.

Apa maksudnya dengan angka tiga?

Ini sebenarnya diangkat dari cara mengatur waktu dengan time and task management, bukan resolusi tahun baru. Tapi saya pikir, hal ini juga dapat diaplikasikan dalam berbagai hal. Menurut artikel yang saya baca di Zen Habits, tiga adalah angka ideal untuk memulai sesuatu. Tidak terlalu banyak hingga kesannya tidak memberatkan, tapi juga tidak terlalu sedikit hingga membuat kita menyepelekannya. Setiap hari, idealnya, kita mengambil tiga tugas utama yang harus kita kerjakan setiap harinya. Fokus pada tiga tugas tersebut, kerjakan paling utama. Setelah selesai, maka lanjutkan dengan tugas lainnya. Terdengar mudah, bukan? Hal ini membantu kita fokus pada hal yang memang diprioritaskan, sekaligus menciptakan clarity--kejelasan pikiran--dalam menjalani tugas-tugas kita.

Maka, tahun ini, saya juga membatasi resolusi sejumlah tiga saja. Tiga kata sederhana yang memang kalau dipecah akan jadi lebih panjang. Tapi tiga kata ini membantu saya menyederhanakan mengenai ingatan apa saja yang menjadi fokus saya untuk tahun ini.




Untuk tahun ini, saya ingin:

Live healthy. Klise ya, awalnya saya ngerasa kelebihan berat badan, biasa. Parah banget memang, sampai naik empat kilo. Kantor saya yang sekarang memang lumayan royal soal makanan. Makanan kecil, tapi banyak, dan tanpa terasa menambah bobot. Belum lagi dengan sedentary lifestyle yang lebih banyak. Karena itu, kalimat ini akan menjadi patokan saya dalam melakukan berbagai hal, seperti minum air putih lebih banyak, bergerak setiap beberapa jam, dan memperbanyak jalan kaki. Pokoknya, setiap kali melihat makanan atau kegiatan, saya akan mengingat kalimat ini lebih dulu.

Be mindful. Artinya memang sangat luas, tapi intinya sih untuk selalu memikirkan apa yang akan saya lakukan dan katakan sebelum melaksanakannya. Tahun ini, saya ingin lebih baik dalam berbicara dan mengutarakan sesuatu, maka saya bertekad untuk menulis blog lebih aktif lagi. Lalu mengurangi penggunaan sosial media, agar dapat fokus menulis post blog panjang alih-alih tweet yang pendek dan berujung pada distraksi, misalnya. Kemudian mengurangi cemilan manis, goreng-gorengan, dan MSG. Semua itu membutuhkan kesadaran penuh karena saya sering sekali tergoda alasan "hanya sedikit". Kalimat ini, be mindful, adalah dasar. Untuk selalu memikirkan akibat dari hal yang akan saya lakukan atau pilih.

Just do. Hal ini agak kontradiktif dengan yang sebelumnya, tapi perlu saya pikirkan juga. Memikirkan terlalu banyak hal kecil bisa membuat kita merasa takut, dan hal ini kentara sekali bagi saya. Saya adalah orang yang kolot: takut dengan perubahan, lebih suka menjalani hal reguler secara rutin dan takut mencoba hal baru. Mungkin saya tak bisa jadi terlal ekstrem, tapi bisa dimulai dengan membiarkan pikiran saya di belakang dan langsung beraksi saja. Karena apa pun yang saya pikirkan tak akan mungkin terjadi bila saya tidak beraksi. Hal ini termasuk menulis, mengembangkan skill, mengatur rencana bisnis, dan lain-lain.

Buat saya, menyederhanakan resolusi menjadi tiga kalimat alih-alih "actionable goals" adalah hal yang efektif, karena mengingatkan saya selalu tentang "mengapa" melakukan hal tersebut. Tiga resolusi di atas adalah purpose, hal-hal yang mendasar kebutuhan mendasar saya mengapa ingin mengurangi berat badan, olahraga, menulis, menggunakan sosial media, dan sebagainya. Purpose seperti sebuah bensin. Mereka adalah alasan pengingat.

So, how about you?